Fenomena Pendidikan Saat Kini

Setiap orang tua pasti menginginkan buah hati mereka mendapat pendidikan yang terbaik. Ada orang tua yang mengidam – idamkan anaknya dapat menuntut ilmu di sekolah negri, namun ada juga yang lebih menyekolahkan anaknya di sekolah swasta. Dahulu, banyak yang beranggapan sekolah Negri jauh lebih baik daripada sekolah swasta, karena sekolah swasta dianggap sebagai ”buangan” sekolah Negri. Namun seiring berjalannya waktu semua itu tak terbukti. Tak jarang sekolah swasta dapat mengungguli sekolah negeri dalam beberapa kompetisi, baik dibidang akademis maupun non akademis. Namun bila akan masuk ke sekolah swasta, pasti yang terutama harus disiapkan adalah ”uang”. Karena hampir kebanyakan sekolah swasta mengutamakan meteri yang jumlahnya tak sedikit. Uang sekolah yang mahal, belum lagi uang gedung, uang kegiatan dan sumbangan-sumbangan lainnya. Di tahun 2008 ini, sekolah swasta di Surabaya seperti menjamur. Mulai dari sekolah swasta dengan uang sekolah dengan uang sekolah ratusan ribu hingga jutaan per bulan, Dari yang hanya memakai 1 kipas angin hingga yang memakai 3 ac pada setiap ruang kelasnya. Seperti sebuah SMA swasta bertaraf Internasional di salah satu kawasan perumahan elit di Surabaya Barat, uang gedung yang harus dibayar calon siswanya mencapai berpuluh – puluh juta. Uang sekolahnya rata – rata Rp. 3.000.000,00 per bulannya. Itu belum termasuk biaya buku pelajaran, seragam, dan masih banyak biaya tambahan yang lain. Sungguh miris melihat uang berjuta – juta yang dengan gampang dibayarkan oleh mereka yang punya banyak uang, namun di luar sana masih banyak anak yang harus meminta – minta uang di lampu merah di bawah terik matahari hanya untuk mendapatkan sesuap nasi, beberapa di antara mereka harus melupakan keinginan untuk dapat bersekolah. Sebut saja Budi, setiap pagi ia sudah harus membawa karung di punggungnya dan mulai mencari barang – barang bekas yang dapat dijual kembali, siangnya ia pergi ke komplek sekolah Karitas III dan mencari gelas air kemasan bekas. Sorenya ia mengamen di lampu merah Bon Ami, Darmo permai. Terkadang ia iri melihat anak yang memakai seragam. Sering terpikirkan mengapa ia tidak bisa bersekolah seperti anak – anak yang lain padahal ia sudah bekerja keras membantu orang tuanya. Namun semua hal itu harus ia singkirkan jauh – jauh karena bila terus menyesali nasib, ia tak akan pernah maju.

Walaupun pemerintah telah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan adanya sekolah Negeri yang muridnya dibebaskan dari uang sekolah, namun itu belum menyelesaikan masalah karen walaupun tidak membayar uang sekolah, para orang tua terkadang tak mampu membayar uang seragam, buku pelajaran dan juga uang saku. Semua ini adalah sebuah Fenomena yang terkadang tak disadari, namun hal ini penting karena generasi muda adalah Bangsa Indonesia.

Oleh:
Camelia A.R

1 comments:

Anonymous said...

Kadangpintar | Online Casino | Free casino | DMB
Kadangpintar is a new online casino where you can win a lot of 바카라 money playing slots. 온카지노 It's a free casino game from DMB, you can play 카지노사이트 from anywhere, with