Sep
29

Karya Tulis

Mengimpikan sosok pemimpin yang me-rakyat,
Untuk Jawa Timur

Semaraknya pemilihan Gubernur sebentar lagi akan menghiasi bumi Jawa Timur, sebuah propinsi terpadat di Negeri ini dengan penduduk lebih dari 35 Juta jiwa. Propinsi yang pada abad X sampai abad XIII pernah menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan raja – raja dalam periode, Kediri, Singosari dan Majapahit, hingga mampu mempersatukan bumi Nusantara dengan Maha Pati Gajah Madanya pada Tahun 1292.
Propinsi dengan komoditas unggulan meliputi beras, gula , kopi, tembakau, coklat dan karet, kayu jati dan peternakan. Ditambah hasil perkapalan, semen, besi/baja, pupuk petrokimia, elektronik, pharmasi ,peralatan mesin serta migas ini semakin menapakkan diri menuju ibu kota ke dua negeri ini.
Jawa Timur secara kontinyu terus berkembang menjadi salah satu barometer di tingkat nasional. Dalam waktu lima tahun mendatang Jawa Timur memprogramkan pertumbuhan industri rata-rata pertahun akan dapat mencapai 9%, dimana sektor industri diharapkan dapat memberikan sumbangan 27,47% dari struktur ekonomi yang ada di Jawa Timur. Untuk tahun 2001 Pemerintah Propinsi memperhitungkan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4% - 5%. Pada tahun 1998 Produk Domestik Regional Bruto perkapita termasuk migas mencapai Rp 3.911.670,00 atau meningkat sekitar 56% dibanding tahun sebelumnya.(data BPS 1999-2000).
Untuk beras sendiri, Jawa Timur mampu menghasilkan - Padi 1.760.991 Ha 9.024.393 Ton / tahun. Namun_sebuah kenyataan, Propinsi yang menjadi lumbung beras Nasional dengan stok 20 % sampai 32% untuk kebutuhan pangan dari tahun 1995 ini, kini ikut kekurangan beras. Melambungnya harga beras yang terjadi akhir - akhir ini akibat permainan spekulan besar ikut merubah sementara komoditas Jawa Timur dari produsen menjadi konsumen. spekulan yang rugi 400 juta/hari akibat OB yang dilancarkan bulog, hingga pengancaman terhadap Ka Bulog (surya 20 Peb 07) adalah secuil permasalahan yang terjadi akibat melambungnya sementara harga kebutuhan pokok pangan rakyat itu.
Permasalahan yang sebenarnya ialah kenapa sampai terjadi hal – hal demikian di propinsi ini, kurangnya stok beras, melambungnya harga beras, yang tidak diimbangi dengan kemakmurannya para petani beras. Yang lebih menggugah hati ternyata masih ada sebagian masyarakat di Jawa Timur yang tidak bisa membeli beras/nasi untuk kebutuhan makanan pokok mereka sehari – hari. Taruhlah beras pada saat ini berharga 10.000 Rupiah /Kg hingga akhir bulan, tapi kita masih mampu untuk membeli (dengan amat berat), namun bila kita tengok masyarakat di daerah pegunungan kapur Trenggalek dan sekitarnya, yang bertahun – tahun tidak mampu untuk membeli beras, hingga untuk memenuhi hidup harus mengkonsumsi gaple, singkong atau nasi yang basi yang dikeringkan (aking).
adakah kebanggaan mereka untuk propinsi ini yang konon gemah ripah loh jinawi, subur tanpo sinandur, dengan semboyannya, ing ngarso sung tulodo_ ing madyo mangunkarso_tut wuri handayani, dengan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2000 ; Rp. 461.462.786.894,94,- adalah pekerjaan rumah untuk calon pemimpin propinsi ini.
Masyarakat kita saat ini terlalu kenyang dengan jargon – jargon partai politik, kehidupan makmur yang mereka janjikan ketika akan dipilih, keadilan social yang mereka dengang - dengungkan, hanyalah isapan jempol belaka, masyarakat bak menanti hujan di musim kemarau, hanya petir yang menyambar_ air setetes pun tidak
jatuh. Visi misi hanya sebuah makalah usang untuk meraih simpati partisan, bila pesta telah usai, berakhir pula statement itu.

PR Lumpur Lapindo

Pekerjaan rumah awal, bagi pemimpin propinsi ini adalah penyelesaian Lumpur yang ditimbulkan oleh proyek Lapindo, yang hingga sampai saat ini pemberian ganti rugi kepada warga Korban belum teralisasi . dari pertemuan para pakar dalam Workshop Geologi International sendiri menyatakan bahwa lumpur tersebut tidak dapat di disumbat serta terus menguap hingga 30 tahun mendatang. Sudah adakah program khusus bilamana sampai terjadi_ menurut asumsi para pakar geologi bahwa tanah Sidoarjo dan sekitarnya akan turun hingga 18 meter ?. kita tidak membedakan bencana, banjir yang melanda di ibu kota negeri ini kemarin dirasakan masyarakatnya mungkin hanya satu bulan penderitaan, namun bencana Lumpur bagi masyarakat Sidoarjo Jawa Timur ini akan dirasakan seumur hidup. Kehilangan rumah, pekerjaan, dan yang pasti_tanah kelahiran.

Anak ayam mati dilumbung
Seperti itulah idiom saat ini yang tepat untuk Jawa Timur, dengan pertumbuhan ekonominya pada tahun 1990 an di kedepankan adalah sector pertanian, kini di geser dengan sector Industri, munculnya pabrik – pabrik di perkotaan yang menggantikan tanaman pangan sedikit banyak mempengaruhi hasil dari pertanian. Urbanisasi besar besaran, pertumbuhan penduduk yang tidak merata, akan banyak menimbulkan kerawanan social di masyarakat.
Dalam sensus 1999 mata pencaharian penduduk Jawa Timur di sektor pertanian mencapai 46,18 %, sedang Industri 12,51 % namun sebuah ironi, kita masih merasakan mahalnya harga beras di pusat lumbung beras. Untuk calon pemimpin propinsi ini hendaknyalah sector pertanian lebih dititik beratkan hingga kita mampu kembali swasembada beras.
Dengan memantapkan sektor pertanian kedalam prioritas strategi pembangunan ke depan, peningkatan ekonomi / taraf hidup petani, pemantauan pertumbuhan industri, pemberdayaan ekonomi kerakyatan di desa – desa, saya berkeyakinan maka tahun – tahun kedepan di propinsi ini tidak akan pernah terdengar lagi mahalnya harga beras, masyarakat yang tidak mampu membeli beras, serta urbanisasi besar – besaran, di tunjang dengan pemimpin yang bersih, bebas dari korupsi, serta supremasi hukum, semoga.

Team Jurnalis
Suara-Karitas

0 comments: